Sejarah Hangul

Nah....sebelum lanjut ke pelajaran selanjutnya. Ada baiknya kita lebih dulu mengenal asal muasal Hangul. Sedikit terlambat sih intronya...tapi mendingan terlambat daripada tidak sama sekali (itu kata orang bijak).^^
Hangul tercipta buah karya Kaisar Sejong ( Sejong Daewang ) yang merupakan Kaisar ke Empat dari Dinasty Joseon. Kaisar Sejong lahir pada tahun 1397. Beliau merupakan putra ke tiga dari Permaisuri Wongyeon dan Kaisar Taejong yang juga merupakan Kaisar ke tiga dari Dinasty Joseon.

Kaisar Sejong sendiri ditahbiskan menjadi Kaisar pada tahun 1418. Sejong Daewang merupakan Kaisar yang Baik hati, Pandai dan menaruh minat yang besar pada bidang pendidikan. Kaisar Sejong adalah seorang pemimpin sekaligus ilmuwan, dan pelopor budaya.

Melalui upaya keras bertahun-tahun, ia meneliti unit dasar Bahasa Korea menggunakan kemampuannya sendiri tentang kebahasaan dan akhirnya berhasil menuangkannya dalam bentuk aksara, Hunminjeongeum ("Suara yang tepat untuk diajarkan kepada rakyat"). Abjad ini sekarang dinamakan Hangeul yang bermakna "Abjad Han" atau "Abjad Agung". Setiap tanggal 9 Oktober di Korea Selatan diperingati sebagai Hari Hangeul. Hangeul adalah satu-satunya abjad yang diciptakan oleh seorang individu berdasarkan teori dan maksud yang telah direncanakan dengan baik.

Meskipun tulisan Hangeul terlihat seperti tulisan ideografik (tulisan dalam bentuk 'simbol' seperti aksara Cina), Hangeul sebenarnya merupakan abjad fonetik. Abjad Hangeul terdiri dari 24 huruf (jamo)— 14 huruf mati (konsonan) dan 10 huruf hidup (vokal).

Dibanding abjad bangsa lain, Hangeul tidak didasarkan pada suatu bahasa tulis atau meniru abjad lain, namun unik khas Korea. Lebih lagi, Hangeul merupakan sistem penulisan yang bersifat ilmiah, didasarkan pada pengetahuan kebahasaan yang mendalam dan asas-asas filosofis sehingga membuatnya praktis, mudah dipelajari, dan elok rupanya.

Dalam sebagian besar sejarahnya, rakyat Korea menulis dengan aksara Cina (Hanja). Karena bahasa tutur kedua bangsa ini berasal dari keluarga yang berbeda, bahasa Korea tidak bisa secara tepat diungkapkan dalam abjad Cina. Dalam bahasa Tionghoa, kalimat ditandai dengan partikel, sementara dalam bahasa Korea, akhiran digunakan untuk menambah atau memodifikasi makna. Walau tidak nyaman, kaum bangsawan Korea (yangban) tetap mendukung penggunaan hanja secara teguh.

Tulisan di Sejong Sillok, volume Joseon Wangjo Sillok (Babad Joseon) tanggal 30 Desember tahun ke-25 masa Sejong bertahta, berbunyi: "Bulan ini, Raja telah menciptakan 28 aksara Onmun (aksara tutur) secara pribadi...Walau sederhana dan ringkas, aksara ini mampu menghasilkan variasi-variasi tak terhingga dan dinamakan Hunmin Jeongeum".

Berdasarkan "Penjelasan dan Contoh-contoh Hunmin Jeongeum" (1446): lambang konsonan dasar terbentuk secara sistematis berdasarkan organ mulut manusia saat mengucapkan beberapa jenis suara, sementara konsonan lain dibentuk dengan menambahkan guratan ke 5 bentuk dasar.

No comments:

Post a Comment